Rabu, 31 Desember 2008

cerpen_perjalanan semalam

Kumain-mainkan Telpon Genggam hitam di tanganku sambil tertunduk seakan-akan memperhatikan barang ditangku itu, namun dibalik itu sebenarnya pandanganku kosong, otakku seakan teriak, ingin rasanya memuntahkan segala isinya. Ingin rasanya berhenti sejenak, tapi semua itu tak mampu kuhentikan. Ditempat ini kurasa nggak ada yang bakal memperhatikanku, karena gelapnya malam dan suasana yang begitu rame seakan-akan melenyapkanku dari perhatian publik. Entah itu rumah siapa, rumah tua dengan teras yang lengkap dengan tempat duduknya, dan didalamnya suara jerit tangis dan derai tawa anak-anak itu sekan membuat rumah itu tetap hidup walaupun dah bisa dibilang nggak layak pakai lagi. Entah apa yang kucari disana, padahal lokasi pestanya masih sekitar 100 meter ke dalamnya. Dengan pikiran kosong sekilas kulihat bantal love merah seperti milikku sedang dipegang oleh salah satu anak di dalam rumah itu, aku bisa melihat dengan jelas aktifitas mereka melalui jendela dan pintu rumah mereka yang terbuka lebar, tapi bantal love itu dah kelihatan jelek, bantal itu basah dan kotor, bulu-bulunya tegang-tegang, nggak selembut milikku, aku seakan nggak rela andaikan barang kesanganku bakal menjadi seperti itu? Ah..... kutepis semua itu, dan kembali pada lamunan dan kehampaan jiwa.

Dug.....dug...... tiba-tiba jantungku berdebar kencang, dimana dan lagi ngapain dia? Aku teringat pada sosoknya, dan tanpa bisa dibendung aliran rasa kangenpun mengalir dahsyat. Gimana aku kan bisa kehilangannya, kalo perasaan ini nggak bisa kubendung sedikitpun. Langsung kulangkahkan kaki menuju lokasi pestanya, kemungkinan besar dia masih disana, rasa penyesalanpun muncul, kenapa aku meninggalkannya tadi, kenapa aku membiarkan dia sendiri? Aku khawatir banget ma dia, kupaksakan menyorot kakiku ke lokasi, tapi semua nggak semudah yang kuinginkan, berjalan dalam kegelapan dan dihadang rintangan demi rintangan membuatku cemas nggak akan bisa melewati semuanya, sementara aku harus berpacu waktu, takut dia akan pergi meninggalkanku. Aku sangat cemas, apa dia masih setia menungguku disana? Apa yang dia lakukan? Ya Allah tolonglah aku? Batinku terus menjerit sehingga membuatku sulit berkosentrasi ke jalan yang kulalui. Dengan susah payah kulalui perjalanan yang menegangkan itu, nafasku ngos-ngosan, jantungku dag-dig-dug. Ingin rasanya kumenyerah, namun kutak rela.

Akhirnya sesampai di lokasi yang merupakan bangunan Sekolah Menengah Pertamaku dulu, aku mencari sosoknya ditengah keramaian dengan perasaan yang sangat sulit diungkapkan. Akhirnya kutemukan dia, barulah kubisa menghirup nafas, tapi masih belum bisa melenyapkan kegundahanku. Belum lagi sempat kami mencari tempat duduk, tiba-tiba seorang gadis berjilbab tampak mendekati kami, dia mengenakkan jilbab warna pink, dan jilbab itu dibiarkannya jatuh menutupi dadanya, kemeja panjang tangan dan rok kain kembang membuat semakin ayu. Akupun menyambutnya dengan wajah ramah dan senyum manis, karna aku pikir dia pasti datang dengan maksud baik, karna kulihat dia adalah cewek baik-baik. Tapi anehnya, wajah ayu meneteskan air mata, aku heran, apa salahku? Tapi sepertinya semua ini bukanlah salahku, karna dia menatap marah kearah cowok di sebelahku, tatapan marah bercampur kecewa. Jantungku yang tadinya sudah mulai tenang, sekarang berdetak lebih kencang, amarahku tertahan di dalam, jelas sudah kalo cewek itu juga pacar cowok yang dah begitu lama kukunal. Sulit untuk kupercaya dia bakal ngelakuin hal itu, padahal dia mengaku sangat menjunjung tinggi arti kesetiaan, bahkan dia ......... ah.... entahlah. Namun kukuatkan batinku, entah kenapa ada segores perasaan iba pada cewek itu, dengan bijaksana kubilang kalo aku bukanlah pacarnya, kalo kami cuma teman. Aku berusaha meyakinkan cewek itu, dan merangkulnya. Namun, cowok ini malah merangkulku dan seakan-akan bilang lebih memilihku dari pada cewek itu, dia lebih menghiraukanku dan merasa bersalah padaku. Walaupun dia bersikap begitu, namun nggak akan mampu mengobati lukaku ini.

Dia menarikku, dan menjelaskan kalo dia baru menjalin hubungan dengan cewek itu sebulan kemaren. Cewek itu anak teman ayahnya, sebenarnya dia nggak mau, tapi karena masalah yang dulu dia ngambil keputusan untuk mencoba selingkuh dengan gadis itu, tapi dia bilang kalo dia nggak serius dengan gadis itu walaupun dia anak teman ayahnya. Dia bakal lebih memilihku, katanya.


Kulayangkan pandanganku ke sosok gadis di sampingku itu, nampak dia sedang menyeka air matanya. Dan mulai memaksanakan senyum liris kepadaku. Entah nasehat apa yang diucapkannya waktu itu, asli aku lupa dengan kata-katanya waktu itu, padahal kata-kata itu membuatku kaget, terkesima dan kagum padanya. Entah kenapa aku ngerasa dia sosok pribadi yang patut diteladani, dan akhirnyapun kutahu dari sorot cowok yang teramat kucintai itu ada rasa kagum dan cinta yang suci untuknya. Bukan seperti cinta yang kami jalani, penuh nafsu dan dosa. Mungkinkah dia cinta sejatinya, trus bagaimana denganku......... Tidak.......tidak...........tidak.............

Nafasku tercengal dan akupun langsung duduk saat ku tersadar dari mimpi. Kutarik nafas panjang, dan kurebahkan kembali tubuhku. Astagfirullah hal azim, apakah arti dari semua mimpi buruk itu? Yang pastinya kuberharap semua itu cuma mimpi belaka. Mungkin karena pikiranku yang g’bisa lepas darinya sampai-sampai kebawa mimpi. Lagian habis sahur tadi mataku nggak bisa kompromi lagi, walaupun kutau 5 menit lagi dah masuk waktu shalat subuh. Tapi hasutan syetan lebih berkuasa di batinku, aku merasa sangat malas menyentuh air buat wudhu, akhirnya disela-sela lantunan suara azan akupun tertidur pulas. Hingga akhirnya mimpi itupun menghanyutkanku. Lekasku ambil air wudhu, dan bergegas shalat, karena kutau hanya kepadaNyalah tempat memohon. Aku berdo’a agar mimpi itu nggak akan jadi kenyataan. Dan habis sholat kucoba melantunkan ayat-ayat suci alqur’an agar pikiranku tenang, karena mimpi itu terus menerus menerorku. Semuanya masih terasa nyata dibenakku. Aku benar-benar takut, takut sekali. Biasaya sewaktu bangun dari mimpi, seringkali aku lupa dengan mimpi itu, namun kali ini nggak, mimpi itu sangat jelas. Ah.......... nggak taulah.

Rasa penyesalan emang datangnya dikemudian, itulah yang kurasakan. Aku nyesal dengan sikapku semalam dan yang kemaren-kemaren. Aku dah keterlaluan padanya. Aku telah merenggut kebebasannya, aku sangat jahat.