Sabtu, 28 November 2009

WHY

Inginku lari dari kenyataan ne.... menembus semua mimpi dan khayalku, tapi sayang ternyata aku nggak mampu.

Ingin kututup telinga dan mata dari mereka, mereka yang tlah menerima undangan darinya selalu menyebut namaku, bahkan ada yang langsung mempertanyakannya padaku, aku harus jawab apa, sedangkan undangan itu g’pernah sampai di tanganku, tapi mungkin lebih baik begitu, karna aku nggak kan sanggup melihat photo di Undangan tersebut, bahkan untuk membayangkannya saja aku tak kuasa.

Pagi ne kutersadar dari kebodohanku, saatku tersentak mendengar berita seseorang di sekitarku yang ngotot minta cerai sama suaminya, walaupun dah dinasehati kalau perceraian itu dibenci oleh Allah, namun tetap saja dia minta cerai bagaikan seorang pencandu narkoba yang kehabisan obatnya, seolah-olah hanya dengan cerai dia bisa tenang. Ya, bagaimana dia bisa tenang tinggal serumah dan tidur dengan suaminya yang ternyata tlah menghamili cewek lain, bahkan telah menikahi cewek tersebut tanpa sepengetahuannya. Wanita mana yang nggak kan sakit?

Mencoba menyelemi perasaan cewek tersebut, sedihku g’da apa-apanya dibandingkan sedih yang dialaminya. “Brarti dy bkn jodohmu...shrs na qm brsyukur qm mengalami khancuran sblm qm menikah....cba qm bygkn khncuran ini qm alami dsaat qm tlah menikah....q yakin qm ga bkal sanggup ngadapi na...” komentar salah seorang teman FBku yang lama terngiang2 di benakku. Apa yang dikatakannya benar, benar sekali.... Sebenarnya apa yang kualami ini belum seberapa dibanding yang dialami oleh wanita2 lain disana, belum ada yang terlanjur, belum ada yang berkurang, aku masih sama seperti dulu, hanya saja waktu yang nggak bisa kutarik kembali, masa mudaku yang tlah terbuang sia-sia, kenangan-kenangan yang slalu menghantuiku setiap saat. Harapan yang tlah sirna terkadang membuatku lunglai melangkah, entah aku yang terlalu berharap banyak dengannya, entah dia yang terlalu memberikanku harapan yang membuatku terbuai dalam mimpi-mimpi indah bersamanya. Tapi, kini semua tinggal hanya mimpi-mimpi, semua tlah sirna....

Inginku tegar menghadapi ne semua, tapi terkadang kutak kuasa. Tlah kupaksakan tuk tersenyum tuk menutupi lukaku, namun gurat kesedihan itu masih jelas terlihat, karna mataku nggak bisa berdusta. Tlah kucoba bangkit, tetap beraktifitas dan tertawa, namun tawaku sumbing, aku juga nggak bisa konsen pada setiap apa yang kukerjakan. Terkadang aku juga benci dengan kelemahanku ini, aku benci dengan ketidak berdayaanku, disini aku terkulai lemah dan tak berdaya, tapi mungkin dia disana sedang berbahagia, sibuk mempersiapkan datangnya hari H itu. Mengapa aku harus sedih, apa yang kutangisi, untuk apa aku memikirkan orang yang jelas2 tlah menyakitiku????